Monthly Archives: March 2008

That’s a Friend Are For

Teman, katanya lebih bisa mensupport kita dibanding saudara sedarah. Benarkah? Bisa jadi. Paling tidak untuk saya. Terutama urusan yang sangat pribadi rahasia begitu lhoo… hehe..

tarsiusSaya punya teman yang saya kenal sejak pertama kali hijrah ke Jakarta ini 14 tahun lalu (wehh udah lama juga ya hijrah). Awalnya saya sebel sama dia, soalnya suka protes sama jerawat di pipi. Tapi dialah yang pertamakali ajak saya ke dokter kulit, dan muluslah pipi ini sampai sekarang..

Sejak ke dokter jerawat itu, saya jadi sohib sama dia. Sejak itu kami sering ngobrol ngalor ngidul. Dari soal bos yang suka protes gara-gara saya jarang senyum sampai urusan shopping. Dan tentu saja soal urusan hati masing-masing. Seperti itu tuh, masalah kecengan lah, sakit hati sama pacarlah, nangis bombay saat putus lah, berbagi piring saat duit di kantong cuma selembar lah, tuker-tuker baju lah (untung bukan tuker yang lainnya hehe).

Persahabatan kami terusss gak putus sampai sekarang, meski kantor sudah berbeda. Selalu ada kangen. Ketika dia pindah ke Yogya, kalau kangen saya bisa tiba-tiba saja pergi ke Yogya untuk sekedar sarapan gudeg bareng. Begitu juga sobat saya itu, bisa tiba-tiba ada di depan pintu rumah. Anehnya, rasa kangen itu, rupanya sebuah tanda ketika kami masing-masing saling membutuhkan. Ketika ke Yogya, ternyata dia sedang down karena suatu masalah. Begitu juga sebaliknya.

Tadi siang, kami bertemu, ngopi bersama. BEgitu banyak cerita yang tadinya hanya disimpan dalam hati, akhirnya keluar bak air bah. Setelah usai, akhirnya kami berdua tertawa lepas.. Ahhh legaaa banget… Haha… that a friend are for… Thanks for beeing my friend forever TS…

Kalian juga pasti punya sahabat sejati, kan??

14 Comments

Filed under jurnal

Menanti Sebuah Jawaban

tarsiusAku tak bisa luluhkan hatimu
Dan aku tak bisa menyentuh cintamu
Seiring jejak kakiku bergetar
Aku tlah terpaku oleh cintamu
Menelusup hariku dengan harapan
Namun kau masih terdiam membisu

Sepenuhnya aku…ingin memelukmu
Mendekap penuh harapan…tuk mencintaimu
Setulusnya aku…akan terus menunggu
Menanti sebuah jawaban tuk memilikimu

Betapa pilunya rindu menusuk jiwaku
Semoga kau tau isi hatiku…
Dan seiring waktu yang terus berputar
Aku masih terhanyut dalam mimpiku

Aku tak bisa luluhkan hatimu
Dan aku tak bisa menyentuh cintamu

—Eehhh pada pinter nyanyi lagunya PADI yaaaa 🙂 —

15 Comments

Filed under jurnal

Hamilton

Yang ini bukan nama kucing, tapi pembalap F1 dari tim McLaren Mercedes. Sebelum minggu lalu, saya tak kenal sama sekali dengan nama ini, sampai tanggal 17 Maret, ketika bos di kantor menugaskan saya nonton F1 di Sepang Kuala Lumpur 21-23 Maret lalu, akhirnya saya buka kebetan deh.

tarsiusDari sekian banyak pembalap, saya terpaut pada yang satu ini, Lewis hamilton. Beda dari yang lain dan berkulit gelap. Selebihnya jiwa juaranya itu yang membuat kagum. Bayangkan saja, di GP Malaysia dia kena penalti harus mundur 5 grid saat start. Di Pit Stop saat ganti ban kanan perlu 19,9 detik.. Duhh . Hasilnya bisa ditebak, saat kembali ke lintasan posisinya melorot ke urutan 11.

Tapi, ini dia hebatnya, saat finish, dia berhasil menduduk tempat ke lima. Dan, meski tak berhasil naik podium , pembalap asal Inggris ini tetap memimpin klasemen, unggul tiga poin dari sang juara di Malaysia, Kimi Raikkonen. Andaikan saja Hamilton tak kena penalti..

Weehh..kok jadi laporan olahraga ya… Hayooo siapa yang mau rekrut saya jadi wartawan olahraga… hehehe.. Bravo Hamilton!

11 Comments

Filed under jurnal