Teman, katanya lebih bisa mensupport kita dibanding saudara sedarah. Benarkah? Bisa jadi. Paling tidak untuk saya. Terutama urusan yang sangat pribadi rahasia begitu lhoo… hehe..
Saya punya teman yang saya kenal sejak pertama kali hijrah ke Jakarta ini 14 tahun lalu (wehh udah lama juga ya hijrah). Awalnya saya sebel sama dia, soalnya suka protes sama jerawat di pipi. Tapi dialah yang pertamakali ajak saya ke dokter kulit, dan muluslah pipi ini sampai sekarang..
Sejak ke dokter jerawat itu, saya jadi sohib sama dia. Sejak itu kami sering ngobrol ngalor ngidul. Dari soal bos yang suka protes gara-gara saya jarang senyum sampai urusan shopping. Dan tentu saja soal urusan hati masing-masing. Seperti itu tuh, masalah kecengan lah, sakit hati sama pacarlah, nangis bombay saat putus lah, berbagi piring saat duit di kantong cuma selembar lah, tuker-tuker baju lah (untung bukan tuker yang lainnya hehe).
Persahabatan kami terusss gak putus sampai sekarang, meski kantor sudah berbeda. Selalu ada kangen. Ketika dia pindah ke Yogya, kalau kangen saya bisa tiba-tiba saja pergi ke Yogya untuk sekedar sarapan gudeg bareng. Begitu juga sobat saya itu, bisa tiba-tiba ada di depan pintu rumah. Anehnya, rasa kangen itu, rupanya sebuah tanda ketika kami masing-masing saling membutuhkan. Ketika ke Yogya, ternyata dia sedang down karena suatu masalah. Begitu juga sebaliknya.
Tadi siang, kami bertemu, ngopi bersama. BEgitu banyak cerita yang tadinya hanya disimpan dalam hati, akhirnya keluar bak air bah. Setelah usai, akhirnya kami berdua tertawa lepas.. Ahhh legaaa banget… Haha… that a friend are for… Thanks for beeing my friend forever TS…
Kalian juga pasti punya sahabat sejati, kan??