Monthly Archives: July 2008

Indonesia Ituu..

Menjelang Agustus, saya seolah mengalami dejaVu. Mengalami lagi sesuatu yang pernah tejadi di masa lalu. Ini terutama saat saya sedang berada di jalanan. Para penjaja miniatur bendera merah putih kini banyak ‘hadir’ di lampu-lampu merah.

Satu hal yang selalu mengherankan saya dan sering membuat kesal adalah anak-anak muda sebuah kawasan yang memblokir setengah jalanan untuk meminta sumbangan, katanya untuk 17 Agustusan.

Pemblokiran yang kemudian bikin macet ini pun terjadi lagi. Sabtu 26 Juli lalu, saya dan seorang teman berkendara menuju Cirebon. Di jalan sekitar Pamanukan Subang, ada jembatan yang baru dibangun. Sekitar satu kilometer menuju jembatan itu, terlihat laju kendaraan agak tersendat. Awalnya kami pikir jembatannya belum selesai, masih ada yang harus diperbaiki.

Tapi, ketika sampai pada titik kemacetan, terlihat beberapa pemuda dengan ikat kepala dan kaca mata hitam. Jumlahnya lumyan banyak. Keberadaan mereka hampir menutupi badan jalan dan hanya menyisakan sedikit ruang saja yang pas hanya untuk satu mobil. Bayangkan saja, dari tiga jalur menjadi satu mobil! Bottle neck! Gilee banget!

Udara panass banget saat itu, membuat rasa kesal jadi berlipat. Maunya, saya turun dan membentak mereka, kok beraninya mereka menutup jalan seperti itu. Meski alasannya demi perayaan kemerdekaan, saya kira benar-benar tidak pantas. Saya bingung, kemana para aparat pengatur jalan? Huuh..

Alasan lain adalah soal meminta sumbangan itu.. Duh apakah tidak ada cara yang lebih kreatif ya.. Misalnya para muda mudinya membuat tempat singgah, apalagi kawasan itu banyak dilalui mereka yang melakukan perjalanan panjang. DI tempat singgah itu, mereka bisa menjual makanan atau oleh-oleh khas dari daerahnya. Continue reading

53 Comments

Filed under jurnal

Bocah Kecil di Lampu Merah

Bajunya rombeng, kulitnya kusam, rambutnya sepertinya sudah lama tak tersentuh shampo. Setiap hari sosok itu kulihat di pinggiran lampu merah di kawasan Selatan Jakarta. Sesekali menghampiriku sambil membawa bambu yang ujung sudah ditempeli tutup botol. Kemudian suaranya terdengar begini : “Malam-malam ku sendiri, tiada yang menemaniku… “ ah entah itu lagu siapa, nadanya pun tak jelas. Kadang tanganku tergerak untuk mengambil lembaran jatah parkir. Kadang tangan ini cuma melambai saja.

Terlintas dalam pikiran ini, di mana ya di tidur? APa benar dia sendiri? Karena kulihat di pojokan jalan sana seorang pemuda bercelana jeans dengan sebatang rokok di tangannya seperti tak berhenti mengawasinya.

Bertahun lalu, ketika film Daun Di Atas Bantal-nya Garin Nugroho dirilis, cerita tentang anak jalanan ramai terdengar. Banyak kisahnya, misalnya, konon anak-anak jalanan sudah akrab dengan istilah teler sambil ngakak sepuasnya. Caranya? Gak pakai modal sebesar harga extacy, tapi cukup lem kaleng yang dioleskan di sebuah alat pendingin atau langsung dihirup hidung mereka yang seringkali penuh coreng moreng karena debu itu. Di Legian, beberapa waktu lalu, bahkan seorang anak menghampiri. Awalnya dia menawari jasa untuk membuat tato non permanen di tangan. Tapi, sementara jemarinya lincah mengukir gambar, dia berkata begini : “Kakak, perlu temankah? Ada perempuan. ada lelaki. Bisa apa saja kok..” Aihhh… Continue reading

58 Comments

Filed under Uncategorized

Panas Dingin…

Cuaca akhir-akhir ini, menurut saya, sungguh aneh. Kalau siang panasnya minta ampun, kalau malam dinginnya juga luar biasa…. Awalnya, saya kira ini gara-gara malaria yang kambuh lagi. Tapi, kok ya malam menggigilnya, biasanya kalau malaria saya kambuh menggigilnya selalu siang hari.

Barusan ini, saya sms pada salah seorang penulis iptek yang cukup terkenal namanya di antara pakar-pakar iptek di negeri ini. Saya sms nya begini : Kenapa ya kalau siang panas banget, terus kalau malam dingin banget juga? Lalu dijawab, “ntar aku tanya sama pakarnya”.

Tidak lama kemudian, ada kiriman sms lagi. Isinya begini : “Ini jawab dari pakarnya (Mezak Ratag, Kepala Puslitbang BMG): –– Di bagian selatan ekuator, sedikit sekali awan yang bisa terbentuk. Uap air di udara sedikit sekali. Sinar matahari langsung ke permukaan jadi jauh lebih banyak (20-30 persen lebih banyak dari biasanya) Inilah yang membuat terasa sangat terik. Angin bertiup lebih kencang ke arah samudera hindia karena saat ini suhu muka laut di bagian barat Indonesia lebih dingin. Pada malam hari, karena lautnya dingin, udaranya menjadi sangat dingin—“ Continue reading

29 Comments

Filed under jurnal